Diberitakan belum lama ini, perusahaan konsultan global Roland Berger menyebutkan biaya logistik Indonesia telah mencapai 26 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Rasio ini tiga kali lebih besar dari negara maju lainnya. Disebutkan pula biaya logistik terhadap PDB di Malaysia dan India hanya 14 persen dan di China hanya 18 persen.
Tindakan tertentu seperti reformasi model operasi pelabuhan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan diperlukan. Poinnya berkurang menjadi hanya 9 persen dengan perbaikan dan inovasi yang konsisten di sektor logistik secara keseluruhan.
Menurut Rolland Berger, sebagai pengembangan kawasan timur Indonesia – Makassar sebagai pusat logistik, berpotensi untuk meningkatkan kualitas infrastruktur rantai pasokan dan logistik guna mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, langkah strategis pemerintah sangat diapresiasi untuk serius menggarap rencana peluncuran pelabuhan baru di Makassar pada 2018 mendatang. Hal ini diprediksi dapat menekan biaya logistik hingga 40 persen. Meski begitu, hal lain juga harus dilakukan, seperti mengurangi beban pelaku usaha dan konsumen.
Pemerintah Indonesia telah memprioritaskan perbaikan di sektor logistik dalam agenda mereka. Pasalnya, dalam survei Logistics Performance Index yang dilakukan oleh Bank Dunia pada 2016, menunjukkan peringkat Indonesia turun 10 poin ke peringkat 63 dari 160 negara yang disurvei.
Kemajuan teknologi dan penggunaan smartphone, membuka peluang untuk sistem manajemen logistik baru. Pengirim multi-platform berbasis cloud dapat diadopsi dengan biaya minimal, serta terintegrasi dengan aplikasi seluler yang dapat terhubung ke pengirim dengan operator logistik truk. Selama ini, 72 persen pengeluaran di bisnis logistik dihabiskan untuk biaya transportasi.